Pelantar.id – Perayaan Natal tak bisa dipisahkan dengan kehadiran pria tua berjenggot putih, mengenakan kostum dan topi dominan merah dan padanan putih.
Umat kristiani menyebutnya Sinter klas atau Santa Claus. Biasanya anak-anak sangat mendambakan kehadiran di malam Natal karena menunggu kado kejutan dari Santa Claus.
Bagaimana sejarahnya Sinterklas hingga menjadi penting dalam tradisi umat kristiani saat Natal?
Berdasarkan filosofinya, Sinterklas memiliki arti tentang kebaikan Tuhan dan Rezeki.
Salah satu sumber sejarah mengatakan, nama ‘Santa’ mulanya berasal dari Santo, atau dari seseorang yang bernama Santo Nikolas (St. Nikolas). Ia merupakan Uskup dari Myra.
Santo merupakan orang Yunani kelahiran Anatolia (Latin Asia Minor) pada Abad ke-3 Masehi di Patara (Lycia et Pamphylia), kota pelabuhan di Laut Mediterania, dan tinggal di Myra, Lycia (sekarang bagian dari Demre, Turki).
Dalam perjalanan hidupnya, Nikolas memilih untuk mengabdikan diri menjadi uskup. Saat itulah, ia gemar memberikan hadiah kepada orang-orang miskin.
Sering didambakan di tradisi pemberian kado ini, Ia juga disebut sebagai Bapa Natal karena suka memberi hadiah kepada anak-anak.
Namun ada juga yang beranggapan Santa Claus adalah tokoh mitos yang hidup di Kutub Utara. Ia senang mengenakan jubah tebal berwarna merah.
Jubah ini digunakan juga agar ia tidak dikenali karena Ia senang memberi kado secara misterius.
Saat ini, kehadiran Sinterklas tidak selalu memberi kejutan tanpa diketahui. Ada yang senang menghadirkannya di rumah untuk perayaan Natal.
Hingga kini tradisi Santa Claus selalu ditunggu anak-anak. Ia menjadi tokoh penting dari tradisi Natal di dunia barat dan juga di Amerika Latin, Jepang dan bagian lain di Asia Timur.