Bencana gempa bumi berkekuatan 6,4 skala richter yang mengguncang tanah Lombok, Nusa Tenggara Barat pada 29 Juli lalu, memunculkan gerakan simpati dari masyarakat di berbagai pelosok Tanah Air. Aksi-aksi Peduli Lombok masih terus berlangsung sampai sekarang. Semua atas nama cinta, atas nama kemanusiaan.
Wage masih mencari-cari nada untuk gesekan biolanya, ketika air hujan mulai jatuh di kawasan Pantai Setokok, Pulau Setokok, Jembatan 3 Barelang, Batam, Kepulauan Riau, Minggu pagi (2/9). Di sampingnya, Maja dan Isu sudah bersiap dengan gitar dan jimbenya.
Di hadapan mereka, terbentang pantai dengan hamparan pasir putih kekuningan yang semakin basah oleh siraman hujan. Di situ, belasan anak-anak bermain dengan suka ria.
Sekitar satu jam kemudian, saat hujan tinggal menyisakan rintik, Wage, Maja dan Isu mulai memainkan musik. Raungan sirine yang memenuhi area pantai membuat belasan anak yang tengah bermain terkejut. Mereka pun tampak panik dan ketakutan, berlari tanpa arah.
“Gempa, ada gempa!” Seorang anak laki-laki berteriak kepada teman-temannya. Orang-orang yang ada di pantai kaget. Mereka merasakan bumi bergoyang, pondok-pondok peristirahatan yang ada di pantai itu bergetar.

Pembacaan puisi dalam aksi Peduli Lombok di Pantai Setokok, Batam, Minggu (2/9). Foto: Indra Teraju
Di tengah kepanikan, dua anak perempuan berusia sekitar 10 tahunan muncul dengan luka yang berdarah di kepala dan kaki mereka. Sejumlah anak lain datang membantu memapah kedua bocah perempuan tersebut. Suara sirine berhenti, berganti suara-suara lirih yang ditimpali nada-nada menyayat hati dari Wage, Maja dan Isu.
Begitulah cuplikan dari aksi Peduli Lombok yang dimainkan Komunitas Kawan Laut Pulau Setokok berkolaborasi dengan Komunitas Teraju. Di pantai itu, mereka mencoba menggugah rasa kemanusiaan ratusan pengunjung pantai yang sedang berwisata. Di sela penampilan itu, bergantian anak-anak setempat membacakan puisi.
“Ini yang bisa kami lakukan untuk menunjukkan kepedulian kepada Lombok. Bahwa ada sepotong cinta dari kami untuk saudara-saudara di sana,” kata Isu, pentolan Komunitas Teraju.
Isu mengatakan, aksi teatrikal serta pembacaan puisi yang melibatkan anak-anak Pulau Setokok ini, selain untuk menggalang dana bagi korban gempa Lombok, juga untuk menanamkan rasa saling peduli pada jiwa anak-anak. Karena itu, usai penampilan, anak-anak tersebut juga bergerak dari satu pondok ke pondok peristirahatan dengan membawa kotak dari kardus. Mereka mengajak para pengunjung untuk menyisihkan rezekinya bagi para korban gempa Lombok.
Isu mengatakan, tak ada seorang pun yang dapat menolak saat bencana tiba. Dugaan hanyalah sebatas pengantar tanda-tanda yang terkadang sangat sulit untuk terbaca. Gempa di Lombok yang bersusul-susulan merupakan bencana yang harus dirasakan getirnya oleh seluruh masyarakat Indonesia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh amarah alam itu, cukup parah, menggangu sendi-sendi kehidupan di Bumi Seribu Masjid tersebut.
“Anak-anak susah bersekolah, para orangtua payah bekerja. Trauma pascagempa yang mungkin butuh waktu lama untuk hilang, dan lain-lainnya. Itu sangat berat. Tugas kita semua untuk berusaha meringankan beban mereka,” kata pria asal Medan itu.
Ketua Komunitas Kawan Laut, Toni mengatakan, aksi penggalangan dana untuk korban gempa Lombok di Pantai Setokok ini hanya awal. Mereka akan terus menggelar aksi serupa di pantai-pantai yang ada di sepanjang kawasan Batam Rempang Galang (Barelang). Pantai dipilih dengan dasar di kawasan perkotaan, sudah banyak aksi-aksi penggalangan dana yang dilakukan berbagai elemen masyarakat lainnya.
“Ini juga kami sesuaikan dengan nama komunitas kami, Komunitas Kawan Laut. Makanya kami sengaja memilih kawasan pantai sebagai pusat aksi,” katanya.

Komunitas Kawan Laut dan Komunitas Teraju usai aksi Peduli Lombok di Pantai Setokok, Batam, Minggu (2/9).
Foto: PELANTAR/Joko Sulistyo
Menurut Toni, setiap akhir pekan dan hari libur, beberapa pantai di wilayah Barelang selalu ramai oleh pengunjung, baik warga Batam maupun luar daerah. Dalam sehari, pengunjung bisa ada ratusan orang. Rencananya, aksi selanjutnya akan digelar di area Pantai Melayu.
Aksi teatrikal akan tetap melibatkan anak-anak setempat sebagai aktor utamanya. Di samping menggalang dana, sekaligus memberi hiburan bagi para pengunjung pantai.
“Kami, selain ingin mengajak anak-anak ini peduli dengan sesama, juga ingin mengangkat potensi mereka di bidang kesenian, khususnya musik, teater dan puisi,” kata guru di SDN 007 Bulang, Setokok ini.
Toni mengatakan, hasil dari kegiatan penggalangan dana bantuan tersebut akan diserahkan ke Dongeng Ceria Management yang sejak pascagempa Lombok aktif melakukan berbagai kegiatan. Prioritas kegiatan lembaga itu selama di Lombok adalah berdongeng dalam rangka pemulihan traumatik bagi anak-anak korban bencana.
*Foto utama: Anak-anak Pulau Setokok membacakan puisi dalam aksi Peduli Lombok di Pantai Setokok, Batam, Minggu (2/9). Foto: Indra Teraju
Penulis : Indra Teraju
Editor : Yuri B Trisna