Pelantar.id – Beberapa calon penumpang yang ingin berpergian menggunakan pesawat tampaknya harus gigit jari. Dalam beberapa hari ini harga tiket pesawat rute dalam negeri naik dua kali lipat.

Calon penumpang pun kesusahan mencari harga tiket yang lebih murah meskipun sudah mencari di waktu lain atau setelah bulan Januari.

Di pantau dari sebuah situs penjualan tiket online harga tiket penerbangan hingga Februari tidak berubah. Misalnya untuk Batam – Jakarta, Medan – Jakarta, Batam – Padang dan sebagainya. Harga tiket untuk rute-rute tersebut mencapai angka di atas Rp 1 juta.

Pandangan dari salah satu pihak maskapai kenaikan harga tiket tersebut sudah di atur oleh pemerintah dan ditentukan batas atas dan batas bawah. Dan kenaikan tersebut ditekan untuk menaikan tingkat keselamatan penerbangan.

“Sekarang harga batas bawahnya dinaikkan oleh pemerintah agar supaya airlines bisa menjalankan perusahaannya secara normal artinya mereka harus melakukan semua prosedur keselamatan, keamanan dan kenyamanan pengguna jasa (penumpang) sehingga kecelakaan akibat faktor teknis atau faktor manusia bisa tidak terjadi lagi,” kata petugas AP yang tak ingin disebutkan namanya.

Kenaikan harga tiket dua kali lipat ini membuat beberapa calon penumpang sangat keberatan dan kecewa. Apalagi tidak punya alternatif untuk mencari tiket yang lebih murah.

Bahkan beredar sebuah note yang tersebar di grup WA dari pengguna maskapai menyampaikan kekecewaan kepada pemerintah khususnya kepada Menteri Perhubungan.

Kepada Yth
Bapak Menteri Perhubungan

Dengan hormat,
Beberapa hari terakhir ini kami melihat bahwa terjadi kenaikan harga tiket pesawat yang benar benar gila gilaan. Kenaikan harga tiket pesawat dua kali lipat dari harga biasa.

Pada awalnya kami beranggapan bahwa kenaikan ini karena menyambut natal dan tahun baru atau peak season, tetapi sepertinya kenaikan berlanjut terus bahkan untuk pembelian jauh jauh hari bulan maret pun harga tiket sangat tinggi.

Yang membuat kami sangat kecewa adalah bahwa Bapak menjadikan kami masyarakat Indonesia yang merupakan Pasar Domestik dan nota bene warga indonesia yang tergolong kedalam negara lower middle income country sebagai target pendapatan bagi maskapai penerbangan. Sementara untuk penerbangan ke luar negeri dengan jam penerbangan yang sama harga tiket hanya 50 % dari harga penerbangan domestik dengan jam dan jarak yang relatif sama. Padahal standar keamanan penerbangan luar negeri relatif lebih tinggi dibandingkan tingkat keamanan penerbangan domestik.

Saya sendiri yang berkerja sebagai profesional merasakan berat dengan pembiayaan yang mahal ini, apalagi dengan anggota masyarakat lain yang berpendapatan pas pasan.

Sebagai Pembanding bagi Bapak
Jakarta Padang, 1 jam 30 menit
Lion diatas Rp 1 juta
Garuda sekitar Rp 2 juta

Jakarta Singapore 1 jam 30 menit
Lion dan Air Asia sekitar Rp 400 sd 500 rb
Penerbangan Full service Rp 1 jutaan

Jakarta Kuala Lumpur
Lion Air sekitar Rp 500.ribuan
Penerbangan Full Service sekitar Rp 1 jutaan.

Kami rakyat biasa merasa terjatuh di himpit tangga dalam kondisi begini. Selain itu di tengah situasi kampanye Pilpres begini tentu saja ada perasaan tidak puas masyarakat terhadap pemerintahan saat ini. Karena rakyat tidak bisa membedakan mana yang peranan pemerintah mana yang peranan maskapai.

Kami yakin kenaikan harga tiket tersebut sangat tidak wajar karena hanya dibebankan kepada penerbangan lokal dan domestik. Kami meminta agar Bapak Menteri Perhubungan sebagai regulator meninjau lagi kenaikan tiket pesawat terbang.

Satu hal lagi yang menunjukkan ketidak berpihakan bapak menteri perhubungan adalah, selain kenaikan tiket pesawat, juga penerapan harga bagasi yang sungguh sungguh tidak murah untuk penerbangan LCC. Kontrovesial sekali Penerbangan Murah domestik harga tiketnya setara dengan Penerbangan Full Service keluar negeri

Kami berharap Bapak Presiden memperhatikan hal ini dan menegur Bapak Menteri Perhubungan dan kalau perlu memberhentikan karena jelas jelas hal ini akan mempengaruhi suasana kampanye Presiden saat ini. Selain itu kenaikan tiket pesawat bisa disalah tafsirkan sebagai ketidak berpihakan kepada rakyat yang dalam kondisi susah saat ini, diakui atau tidak diakui.

Tentu saja kami tidak berharap jawaban sederhana dari Bapak Menteri misalnya jawaban ” kalau tidak punya uang jangan terbang” Kami mengharapkan jawaban yang memihak kepada rakyat dan memperhatikan kesulitan rakyat.

Jakarta, 9 Januari 2018

Patrianef Patrianef
Traveler Domestik

Sementara itu, beberapa traveler di Batam yang ingin bepergian di dalam negeri pun mengungkapkan kekecewaanya.

“Katanya mau menggenjot wisata? tapi malah tiket dimahalin,” ujar Citra, Traveler dari Tanjungpinang.

“Ke padang biasa cuma Rp 300-an paling mah Rp 400 eh sekarang dan Rp 700 sampai Rp 800 ribu,” Nana, traveler Batam.