pelantar.id – Game digital bergenre horor Dread Out terus menuai sukses. Permainan yang menghadirkan karakter horor khas lokal seperti pocong, babi ngepet, kuntilanak, hingga tuyul ini sudah populer sejak resmi dirilis tahun 2014 lalu.
Hingga dua tahun beredar di pasar, game yang banyak disukai gamer global ini diklaim sudah mendapat pemasukan lebih dari US$ 1 juta. Kisah permainan game horor ini pun bakal berlanjut ke layar lebar.
Mengutip Kontan.co.id, Sabtu (15/12/18), bila tidak ada halangan, film ini bakal resmi dirilis pada Januari tahun 2019 nanti.
Rahmad Imron, Co Founder dan Produser PT Digital Semantika Indonesia, pencipta Dread Out mengaku senang game buatannya bisa tampil di layar lebar. Ia pun optimistis dengan langkah tersebut, game garapannya bakal lebih banyak dikenal para penggemar game lokal.
Maklum saja, menurut perhitungannya, sekitar 97 persen penggemar game lokal masih berkutat dengan game digital buatan luar negeri ketimbang produk lokal.
Meski sudah empat tahun dirilis, perusahaan yang berpusat di Bandung tesebut masih terus melakukan pemeliharaan terhadap Dread Out supaya tetap bisa dimainkan oleh konsumen.
Sejatinya, pembuatan film tersebut merupakan langkah pemanasan sebelum Imron melangkah lebih lanjut. Rupanya, pihaknya tengah menyiapkan diri untuk membuat game lanjutannya yakni Dread Out 2.
Sayangnya, dia masih enggan menyebutkan kapan game tersebut bakal resmi dirilis ke pasar global. Yang jelas saat ini, Digital Semantika dalam posisi terbuka bermitra dengan pihak ketiga.
Dan saat ini sudah ada beberapa investor lokal dan global yang merapat.
“Posisi kami open for publisher, karena untuk membangun internet protocol (IP) dan lainnya butuh dana besar,” kata Rahmad Imron.
Saat ia membuat Dread Out, sempat membuka crowdfunding tahun 2013 dan sanggup mengumpulkan dana sekitar US$ 29.000. Dengan modal terbatas, Imron memutuskan untuk merilis game itu per episode yang ada tiga episode.
Selain Dread Out, Digital Semantika juga mempunyai game lainnya yakni Dread Out Keepers of The Dark dan Dread Eye (game viar). Imron sengaja memilih game horor yang khas Indonesia, karena setiap orang ia klaim pasti punya pengalaman mistis.
Selain itu, tampang dan tampilan dari hantu lokal sendiri juga dinilai lebih seram ketimbang hantu global. Sambil menunggu mendapat injeksi modal dari para pemodal, Digital Semantika masih fokus mengembangan internet protocol (IP).
Perusahaan ini juga mulai banyak diminta mengerjakan proyek dan pengembangan game digital dari pihak lain. Namun, Imron tidak merinci identitas kliennya.
Sumber : Kontan.co.id